Dunia Usaha dan Dunia Industri

 


Pendahuluan

Kerjasama sekolah dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) perlu terus ditingkatkan. Hal ini penting untuk meningkatkan daya serap tenaga kerja. Lebih khusus tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan bakat-bakat para alumni dari sekolah khusus (SLB) dan sekolah inklusif. Hal ini menjadi tantangan kita semua, bagaimana meningkatkan kompetensi peserta didik berkebutuhan khusus agar mampu bekerja sesuai dengan potensi dan kompetensi yang dimilikinya. 

Tidak dapat dipungkiri, kerja sama sekolah dengan DUDI menjadi sangat strategis agar kualitas lulusan peserta didik berkebutuhan khusus dapat diserap DUDI. Untuk itu sekolah harus lebih terbuka, sekolah bukan hanya lembaga yang melulu berkutat di bidang akademik, melainkan harus berperan sebagai lembaga yang mampu menggerakkan peserta didik untuk turut serta berkiprah dalam pembangunan bangsa ini.

Peran DUDI

Peran DUDI dalam pengembangan pendidikan vokasional, tampak lebih nyata dibanding dengan di sekolah inklusif atau sekolah khusus. Di beberapa daerah kerja sama antara sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan DUDI sudah banyak terwujud. Di sekolah menengah kejuruan, seorang peserta didik belum bisa menyelesaikan studinya tanpa terjun langsung ke dunia usaha dan dunia industri. Penyelesaian studi dilengkapi dengan sertifiikat lulus mengikuti praktik kerja industri (Prakerin). Hal ini sangat berbeda dengan di sekolah inklusif atau sekolah khusus. Namun demikian, tidak berarti tidak pernah terjadi. Seiring dengan meningkatnya awareness masyarakat terhadap layanan pendidikan bagi peserta penyandang disabilitas, maka perhatian dunia usaha dan dunia industri pun semakin besar.

Dunia usaha

Dunia usaha berkaitan dengan berbagai usaha yang melibatkan fungsi-fungsi sosial dan ekonomi. Sedangkan dunia industri, merupakan jenis aktivitas pekerjaan yang berkaitan dengan produk suatu bahan atau benda. Dunia usaha meliputi usaha-usaha perdagangan, perbankan, dan berbagai usaha perkantoran lainnya.

Bersamaan dengan peningkatan kepedulian dan keinginan untuk melibatkan lebih banyak penyandang disabilitas dalam berbagai aktivitas bisnis (usaha). Pelibatan penyandang disabilitas dalam berbagai kegiatan usaha disesuaikan dengan potensi dan kekhasan mereka.

Dunia usaha memang sangat memungkinkan melibatkan berbagai penyandang disabilitas, meski memang harus memperhitungkan kondisi dari setiap penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas netra, atau seseorang yang memiliki hambatan penglihatan, memungkinkan untuk bekerja di bidang jasa, misalnya sebagai penerima telpon atau operator jasa telekomunikasi. Seorang penyandang disabilitas rungu, atau seseorang yang memiliki hambatan pendengaran, memungkinkan bekerja sebagai akuntan, pembukuan, dan bidang administrasi lainnya. Karena biasanya, secara fisik dan intelektual, penyandang disabilitas rungu dan wicara tidak memiliki hambatan.

Dunia industri

Dunia usaha lebih strategis untuk melibatkan para penyandang disabilitas dibanding dengan dunia industri. Dunia industri secara kasat mata merupakan dunia kerja yang memerlukan kegiatan fisik. Hal ini berkitan dengan proses produksi dari berbagai kebutuhan hidup manusia. Industri mobil misalnya, merupakan serangkaian produksi alat dan komponen atau bahan yang diperlukan untuk menyusun sebuah kendaraan hingga menjadi utuh. Tetapi, tidak berarti para penyandang disabilitas tidak akan mampu untuk mengikuti semua proses produksi di sebuah industri. Karena di bagian-bagian tertentu selalu diperlukan bagian-bagian lain yang sangat saling membantu. Misalnya, pada industri kendaraan bermotor, dipastikan diperlukan teaga administra untuk mengelola sumber daya pada industri tersebut. Penyandang disabilitas yang memiliki kemampuan mobilitas dan gerak tidak terganngu bisa bekerja di bagian tersebut.

Seorang penyandang disabilitas rungu, atau seseorang yang memiliki hambatan pendengaran, memungkinkan bekerja sebagai operator mesin, misalnya operator mesin pemotong kayu, operator mesin pencuci lantai dan lain sebagainya. Keterbatasan dalam pendengaran memungkinkan seorang penyandang disabilitas rungu bisa bekerja di ruangan yang berisik.

Program Transisi

Program transisi merupakan program yang diberikan kepada peserta didik berkebutuhan khusus menjelang berakhirnya masa pendidikan di satuan pendidikan atau madrasah. Program dirancang agar peserta didik dapat dengan cepat beradaptasi dengan lingkungannya. Bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang sudah terbiasa dengan lingkungan madrasah yang inklusif akan mendapat keuntungan, karena selama masa pendidikan peserta didik yang bersangkutan selalu dan selamanya berada di lingkungan yang natural.

Menjelang berakhirnya keterlibatan peserta didik berkebutuhan khusus di madrasah, madrasah perlu menyediakan pembekalan khusus kepada yang bersangkutan. Pembekalan, tentu didasarkan pada hasil asesmen terakhir. Berbagai program pembekalan dapat dirancang oleh sekolah dengan melibatkan semua pihak, antara lain orang tua, terapis, dokter, perwakilan dunia usaha dan dunia kerja (industri), dan lain sebagainya.

Program transisi diarahkan pada penguasaan keterampilan tertentu yang didasarkan pada potensi dan passion peaerta didik yang bersangkutan. Bagi peserta didik yang memiliki potensi di bidang modeling bisa diarahkan untuk belajar menjadi model dengan bekerja sama dengan perusahaan yang bergerak di bidang entertainment. Peserta didik yang memiliki passion di bidang pemograman komputer, artifisial intelegent, atau komputasi bisa bekerja sama dengan perusahaan atau seorang profesional di bidang tersebut,


Komentar

Postingan Populer